Namun demikian, jurnalisme hari ini berada di persimpangan sulit. Di satu sisi, ia dituntut hadir di ruang digital yang cepat dan kompetitif. Di sisi lain, ia harus mempertahankan integritas dan akurasi. Inilah dilema besar yang dihadapi banyak redaksi saat ini: mengimbangi kecepatan informasi media sosial tanpa kehilangan kedalaman dan etika.
Perubahan cara konsumsi berita juga membawa tantangan besar bagi jurnalisme. Di satu sisi, media dituntut untuk hadir di ruang digital yang serba cepat. Di sisi lain, jurnalisme tetap harus menjaga integritas dan kedalaman informasi. Dalam tekanan kecepatan dan algoritma, jurnalis tidak boleh kehilangan daya jelajah serta keberpihakan pada publik dan kebenaran.
Publik Juga Punya Peran
Kita tidak bisa menggantungkan sepenuhnya tanggung jawab ini kepada jurnalis. Publik juga harus memegang peran penting. Kita sebagai pembaca perlu lebih bijak, lebih sabar, dan lebih kritis.Kita harus selalu bertanya ketika mendapat informasi: Siapa yang membuat informasi ini? Apa motifnya? Apakah ini fakta atau hanya opini? Apakah sumbernya kredibel? Apa dampaknya jika saya menyebarkannya?
Dengan mengklik dan menyebarkan informasi bukan tindakan netral. Setiap klik adalah pilihan ideologis. Ia memperkuat satu narasi dan membungkam narasi lain. Ia bisa memperluas wawasan, atau justru mempersempitnya. Harus diingat bahwa di dalam masyarakat digital, kita bukan lagi hanya konsumen informasi, tetapi juga kurator dan penyebar informasi.
Di tengah kepungan hoaks, disinformasi, dan polarisasi opini, jurnalisme hadir sebagai penjernih, penyedia fakta, konteks, dan verifikasi. Jurnalisme bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga memeriksa, menguji, dan menimbangnya sebelum disampaikan kepada publik. Ia bekerja untuk kepentingan publik, bukan untuk selera algoritma.
Tanpa jurnalisme yang kredibel, masyarakat akan kehilangan rujukan bersama. Kebenaran menjadi relatif. Opini menjadi pengganti data. Percakapan publik berubah menjadi ruang debat yang penuh kebisingan.
Di tengah banjir informasi, publikperlu menjadi pembaca yang bijak dan kritis. Bertanya sebelum percaya, membaca sebelum menyebarkan.
Karena dalam dunia yang serba scroll dan klik, hanya dengan kesadaran kolektif kita bisa menjaga ruang informasi tetap waras dan sehat. Scroll. Klik. Percaya. Tapi jangan berhenti di sana. Tutupnya (Guh)