Dibalik potensi besar sektor pertanian tidak terlepas dari berbagai tantangan yang kompleks. Tantangan yang dihadapi dunia pertanian pada umumnya yaitu krisis regenerasi petani, ancaman perubahan iklim, keterbatasan akses teknologi dan permodalan, serta lemahnya adopsi teknologi. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa rata-rata usia petani di Indonesia telah mencapai 55 tahun, yang mengindikasikan para petani telah berada pada usia tidak lagi produktif. Kondisi ini diperburuk dengan kurangnya minat generasi muda untuk terjun di sektor pertanian, yang dianggap kurang menjanjikan. Akibatnya, banyak lahan pertanian yang terbengkalai atau kurang terkelola dengan baik dan berdampak negatif terhadap produksi pangan nasional.

Modernisasi Pertanian : Keniscayaan, Bukan Pilihan

Transformasi sektor pertanian melalui modernisasi dan digitalisasi menjadi keniscayaan. Penggunaan teknologi seperti drone untuk pemantauan lahan, aplikasi sensor tanah dan cuaca, hingga pertanian presisi berbasis AI dan IoT mulai diadopsi di berbagai daerah. Pertanian era 4.0 memberikan peluang efisiensi tinggi dan hasil produksi yang lebih presisi. Sayangnya, adopsi ini masih minim di level petani kecil karena keterbatasan literasi digital dan infrastruktur. Dalam merespon fenomena regenerasi petani muda, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menarik perhatian dan minat generasi muda di sektor pertanian. Generasi muda semakin tertarik pada pertanian berbasis inovasi. Program seperti YESS (Youth Entrepreneurship and Employment Support Services) yang digagas Kementerian Pertanian mendorong lahirnya petani milenial yang produktif dan melek teknologi.

Menuju Kedaulatan Pangan : Apa yang Harus Dilakukan?

Kedaulatan pangan merupakan konsep pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Artinya, kedaulatan pangan sangat menjunjung tinggi prinsip diversifikasi pangan sesuai dengan budaya lokal yang ada. Asta Cita Kabinet Merah Putih berupaya mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan. Kedaulatan pangan bukan hanya swasembada, tapi juga kendali atas sistem pangan nasional. Kedaulatan pangan erat kaitannya dengan ketahanan pangan, dimana ketahanan pangan sangat penting dalam strategi pertahanan nasional karena menyediakan stabilitas yang mendukung keamanan dan kesejahteraan masyarakat. Ketika suatu negara memiliki ketahanan pangan yang baik, risiko ketergantungan pada impor menurun, sehingga negara lebih terlindungi dari ancaman eksternal seperti embargo pangan atau fluktuasi harga global yang dapat mempengaruhi akses pangan. Negara dengan ketahanan pangan yang kuat juga lebih mampu menghadapi ancaman terhadap ketersediaan pangan yang diakibatkan oleh bencana alam, perubahan iklim, atau gangguan lainnya pada rantai pasokan internasional. Perlunya keberpihakan kebijakan terhadap petani lokal akan mempengaruhi ketahanan produksi nasional. Kolaborasi antara petani, pemerintah, swasta, dan generasi muda diperlukan menuju kedaulatan pangan salah satunya dapat dilakukan dengan cara berpartisipasi dalam program yang dicanangkan oleh Kementan yaitu Brigade Pangan. Brigade Pangan merupakan program yang solutif dalam menjawab tantangan pada sektor pertanian. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, mewujudkan swasembada pangan, dan melibatkan generasi muda melalui penerapan teknologi modern.