Sementara itu, Presiden HIMSAK periode 2024–2025, Egil Pratama Putra, dalam sambutannya menegaskan bahwa pergantian kepemimpinan merupakan bagian dari tradisi ideologis HIMSAK yang menjunjung tinggi prinsip regenerasi, tanggung jawab sejarah, dan keberlanjutan perjuangan.
“Tongkat estafet ini bukan sekadar simbol jabatan struktural, tetapi amanah ideologis dan tanggung jawab historis. HIMSAK tidak boleh berhenti pada romantisme masa lalu, tetapi harus terus bergerak membaca realitas, berpikir kritis, dan berpihak pada kepentingan rakyat. Saya menyerahkan kepemimpinan ini kepada saudara Efandra Rahmad Hidayat dengan keyakinan bahwa HIMSAK akan tetap berada di barisan perjuangan,” ujar Egil.
Egil juga mengingatkan seluruh kader bahwa dinamika perbedaan pandangan di dalam organisasi merupakan keniscayaan dalam tradisi intelektual, selama tetap berakar pada nilai dasar HIMSAK dan tujuan kolektif perjuangan.
“Perbedaan bukan ancaman, melainkan energi dialektis organisasi. Yang berbahaya adalah ketika kita kehilangan orientasi nilai dan melupakan rakyat sebagai subjek utama perjuangan mahasiswa,” tambahnya.
Selama hampir satu dekade perjalanannya, HIMSAK telah menjelma menjadi organisasi mahasiswa yang aktif mengawal isu-isu strategis daerah, mulai dari demokrasi lokal, supremasi hukum, keadilan sosial, hingga persoalan ekologis di Kerinci–Sungai Penuh. Dalam berbagai momentum, HIMSAK hadir sebagai kekuatan moral dan intelektual yang konsisten menyuarakan aspirasi masyarakat serta mengkritisi kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan publik.
Milad dan Kongres IX ini menjadi penanda bahwa HIMSAK terus merawat visi pendiriannya dan meneguhkan regenerasi kepemimpinan sebagai bagian dari tanggung jawab sejarah. Di bawah kepemimpinan Efandra Rahmad Hidayat, HIMSAK diharapkan semakin progresif, solid, dan matang secara ideologis, serta konsisten menjalankan peran historisnya sebagai organisasi mahasiswa yang berwatak perjuangan, kritis, dan berlandaskan persatuan. (*)

