TEBO – Semarak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia tidak hanya ditandai dengan upacara bendera pada 17 Agustus, tetapi juga pawai budaya di berbagai daerah. Di Kabupaten Tebo, Senin (18/8/2025), ribuan warga tumpah ruah mengikuti pawai budaya meski sempat diguyur hujan gerimis.

Acara ini menampilkan beragam atraksi seni, budaya, hingga parade kostum kreatif. Namun, di balik kemeriahan itu, ada aksi simbolik yang menyedot perhatian publik. Tiga pria dewasa mengenakan jas bak pejabat sambil membawa tulisan bertuliskan “Uang PIP”, “Uang Komite”, “Uang Dana BOS”, dan “Uang Rakyat”.

Aksi tersebut dinilai sebagai bentuk kritik terhadap praktik penyalahgunaan dana pendidikan yang kerap mencuat di berbagai daerah. Isu soal dana Program Indonesia Pintar (PIP), iuran komite, hingga dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) memang menjadi sorotan publik karena rawan disalahgunakan dan membebani orang tua siswa.

Aktivis lokal, Rio Black, yang turut hadir, menilai pesan tersebut sangat relevan dengan kondisi saat ini. Menurutnya, delapan puluh tahun merdeka seharusnya menjadi momentum refleksi bangsa, bukan sekadar seremonial belaka. “Di barisan depan bukan lagi pejuang, melainkan tikus berdasi. Mereka berdiri tegap bak pahlawan, padahal di balik jas dan dasi mahalnya terselip koper bertuliskan uang rakyat,” ujarnya.

Rio menambahkan, Merah Putih memang berkibar dengan gagah, namun hati rakyat sering kali robek karena dana pendidikan yang mestinya untuk anak-anak justru bocor di jalan. “Peringatan kemerdekaan jangan jadi pesta topeng para koruptor kecil-kecilan. Mereka tak pantas menyanyikan Indonesia Raya jika hanya menghitung untung dari sistem yang rusak,” katanya.

Pesan moral ini, kata Rio, menjadi pengingat bahwa ancaman bangsa tidak lagi datang dari penjajah asing, melainkan dari “penjajah dalam negeri” yang menggerogoti dana rakyat. “Delapan puluh tahun merdeka, tapi rakyat masih menunggu kemerdekaan sejati dari tikus berdasi,” tutupnya.***