Kasus keracunan makanan akibat makan gratis di lembaga pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, telah menjadi berbagai sorotan media massa.

Kita semua menyadari bahwa program MBG merupakan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Program ini dikatakan memiliki dampak positif, yaitu meningkatkan gizi masyarakat, meningkatkan kondisi kesehatan, dan mempengaruhi perekonomian. jelas bahwa program ini harus terus dilanjutkan dan dikembangkan. Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan terkait dengan penanganan keracunan makanan di MBG agar program yang menjadi prioritas Presiden dapat mencapai hasil lebih baik di masa depan.

Hal yang paling mendasar dalam penyediaan makanan adalah konsep ketahanan pangan dalam konteks rantai penyediaan pangan dari pertanian hingga meja makan, atau dari sumber pangan hingga dikonsumsi oleh individu yang mendapatkannya.

Semua tahapan, mulai dari proses penyediaan makanan hingga penerapannya di sekolah, perlu dipantau secara ketat untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Dalam proses penyediaan makanan dari produk pertanian, misalnya, harus dipastikan bahwa makanan tersebut tidak mengandung pestisida atau zat berbahaya lainnya.

Jika sumber makanan berasal dari hewan, kesehatan nya juga harus dipastikan, sehingga tidak ada hewan yang sakit sebelum pemotongan.

Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah pentingnya untuk segera melakukan penyelidikan epidemiologi secara menyeluruh dan terperinci. Dengan cara ini, penyebab setiap insiden dapat segera diketahui, apakah disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, dan bahan kimia, atau penyebab yang terkait dengan proses. Setelah penyebab mikrobiologis terdeteksi, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis biologi dan kesehatan masyarakat untuk memahami bagaimana hal itu dapat terjadi. Sementara itu, jika penyebabnya terkait dengan proses kerja, maka perbaikan menyeluruh harus segera dilakukan pada proses tersebut.

Ketiga, kita harus menyadari bahwa proses persiapan dan konsumsi makanan berpotensi menyebabkan keracunan. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan 600 juta orang di seluruh dunia mengalami masalah kesehatan setelah mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. WHO juga mencatat bahwa terdapat sekitar 420.000 kematian setiap tahun di seluruh dunia yang terkait dengan berbagai jenis keracunan makanan, di mana 125.000 di antaranya adalah anak-anak. Jelas bahwa kita perlu melakukan upaya sistematis dan terkoordinasi untuk meminimalkan risiko keracunan makanan sebanyak mungkin dalam program MBG.

Pada akhirnya, perhatian penuh harus terus diberikan pada koordinasi, administrasi, dan pengelolaan berbagai program di semua tingkatan, mulai dari tingkat pusat hingga ke daerah, serta dari pembuat kebijakan hingga pelaksana program di lapangan. Pemantauan dan evaluasi juga harus dilakukan dengan cermat, dengan kesempatan untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan pada program seiring waktu jika diperlukan, berdasarkan realitas yang dihadapi di lapangan.