Jambi- Bertempat di Aula Rumah Dinas Wakil Wali Kota Jambi. Agenda tahunan ini bukan sekadar perayaan hari lahir organisasi, melainkan menjadi forum konsolidasi ideologis dan refleksi historis perjalanan hampir satu dekade HIMSAK sebagai organisasi mahasiswa yang konsisten mengawal isu-isu strategis di wilayah Kerinci–Sungai Penuh.
Sejak awal berdirinya, HIMSAK memposisikan diri bukan hanya sebagai wadah berhimpun mahasiswa daerah, tetapi sebagai kekuatan intelektual dan moral yang aktif merespons dinamika politik lokal, persoalan hukum, ketimpangan sosial, serta krisis lingkungan hidup. Dalam konteks tersebut, Milad dan Kongres IX menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali identitas ideologis HIMSAK di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks dan kontradiktif.
Mengusung tema “Merawat Visi, Meneguhkan Regenerasi: Refleksi Sembilan Tahun Himpunan Mahasiswa Sakti Alam Kerinci”, kegiatan ini menegaskan bahwa regenerasi kepemimpinan bukanlah proses administratif semata, melainkan bagian dari dialektika organisasi dalam menjaga kesinambungan nilai, gagasan, dan orientasi perjuangan. Tema ini merefleksikan kesadaran kolektif bahwa sejarah organisasi harus terus dirawat melalui praksis kaderisasi yang ideologis dan bertanggung jawab.
Melalui forum kongres yang berlangsung demokratis, terbuka, dan penuh dinamika gagasan, Efandra Rahmad Hidayat resmi terpilih sebagai Presiden HIMSAK ke-IX. Terpilihnya Efandra menandai berlanjutnya estafet kepemimpinan organisasi yang selama ini dikenal kritis, independen, dan konsisten berpihak pada kepentingan rakyat serta nilai-nilai keadilan sosial.
Dalam pernyataan perdananya sebagai presiden terpilih, Efandra menegaskan bahwa HIMSAK harus terus dipahami sebagai ruang kolektif produksi gagasan dan praksis perjuangan, bukan sekadar simbol kelembagaan mahasiswa.
“HIMSAK bukan milik individu, bukan pula milik satu generasi tertentu. Ia adalah milik sejarah, milik gagasan, dan milik perjuangan kolektif. Organisasi ini lahir dari kesadaran kritis mahasiswa Sakti Alam Kerinci terhadap ketimpangan struktural, ketidakadilan sosial, dan problem demokrasi lokal. Maka tugas kita hari ini adalah menjaga konsistensi ideologis itu, sekaligus memperkuat kapasitas intelektual kader agar HIMSAK tetap relevan dalam menjawab tantangan zaman,” tegas Efandra.
Lebih lanjut, Efandra menekankan bahwa peran mahasiswa tidak boleh direduksi hanya sebagai pelengkap dalam demokrasi prosedural, tetapi harus tampil sebagai subjek perubahan yang aktif melakukan kritik, advokasi, dan pengawalan kebijakan publik.
“HIMSAK harus berdiri di garis kritis—menjadi oposisi moral ketika kekuasaan menjauh dari nilai keadilan, dan menjadi mitra kritis ketika kebijakan berpihak pada kepentingan rakyat. Persatuan kader adalah fondasi, sementara keberpihakan pada rakyat adalah kompas ideologis yang tidak boleh kita kompromikan,” tambahnya.
Efandra juga menyoroti pentingnya memperkuat tradisi diskursus akademik di internal organisasi sebagai basis legitimasi gerakan mahasiswa. Menurutnya, aktivisme tanpa basis pengetahuan yang kuat berisiko kehilangan arah, sementara intelektualisme tanpa keberpihakan akan kehilangan makna sosial.

