Kerinci – Ketika banyak pemuda seusianya sibuk mengejar popularitas atau kenyamanan hidup di kota, Dzikril Ikhsan justru memilih jalan berbeda: menjadi cahaya di desanya sendiri. Tak hanya berprestasi di kampus, mahasiswa semester tujuh jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Kerinci ini juga dikenal sebagai pribadi yang mandiri dan berdedikasi tinggi bagi masyarakat sekitar.

Setiap sore, setelah menjalani aktivitas kampus dan organisasi, Dzikril akan kembali ke desanya, Koto Majidin, untuk menjalankan peran penting lainnya: mengajar ngaji anak-anak di desa. Kegiatan yang awalnya ia jalani secara sukarela ini kini menjadi kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masyarakat. Tidak sedikit orang tua dari desa sekitar yang turut meminta Dzikril menjadi guru mengaji bagi anak-anak mereka.

“Alhamdulillah, saya merasa terpanggil. Ini cara saya membalas kebaikan desa yang telah membesarkan saya. Anak-anak ini adalah generasi masa depan, dan saya ingin mereka punya pondasi agama yang kuat,” ujar Dzikril dengan mata berbinar.

Apa yang dilakukan Dzikril bukanlah hal baru dalam keluarganya. Kemandirian telah menjadi nilai yang diwariskan dan dijalankan turun-temurun. Dua kakaknya telah lebih dulu menunjukkan jalan: menyelesaikan pendidikan di pesantren dan kini turut mengabdi di bidang pendidikan dan dakwah. Sementara sang adik, yang kini duduk di bangku SMA, juga dikenal aktif di organisasi keagamaan dan bercita-cita mengikuti jejak sang kakak.

“Orang tua kami selalu mengajarkan bahwa hidup harus bermanfaat. Kami tidak punya banyak harta, tapi kami bisa memberi dari apa yang kami tahu dan miliki. Itulah yang membuat kami tidak takut untuk mandiri,” ucap Dzikril, mengutip pesan ayahnya.

Tidak mengherankan jika Dzikril kini dipercaya memimpin Forum Mahasiswa KIP-K (Forma KIP-K), sebuah organisasi yang memperjuangkan hak dan pengembangan mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah. Di bawah kepemimpinannya, forum ini aktif menggelar pelatihan, seminar motivasi, hingga kegiatan sosial ke pelosok-pelosok desa.

Bagi Dzikril, kemandirian bukan soal berdiri sendiri, tetapi soal berani mengambil tanggung jawab, mengubah keadaan, dan tidak bergantung pada belas kasihan orang lain. Prinsip ini yang ia tanamkan kepada adik-adik binaannya di desa, agar mereka tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya pintar, tapi juga tangguh dan peduli.

“Jika saya bisa memotivasi satu anak desa untuk bermimpi lebih tinggi, itu sudah cukup bagi saya,” katanya lirih, namun penuh tekad.

Dzikril Ikhsan adalah bukti nyata bahwa dari desa kecil yang jauh dari hiruk pikuk kota, bisa lahir sosok besar yang membawa harapan, inspirasi, dan perubahan nyata. Ia bukan hanya seorang mahasiswa berprestasi, tapi juga pemuda desa yang menanam kebaikan dari akarnya sendiri. Tutupnya (Guh)