100 Hari tanpa Pemuda : Kerinci – Sungai Penuh , Membangun tanpa Pondasi

Oleh : Fadhil Ikhsan Mahendra

Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh baru saja merilis capaian 100 hari kerja. Sejumlah kegiatan seperti pembangunan infrastruktur, inspeksi mendadak, Normalisasi sungai, Kunjungan Kerja dan rapat koordinasi mendominasi dalam daftar yang dipublikasikan.

Dari seluruh daftar kegiatan tersebut, tidak satu pun program yang secara khusus ditujukan untuk penanganan maupun pemberdayaan pemuda. Ini bukan sekadar kelalaian administratif, tapi sebuah isyarat bahwa pemuda belum menjadi prioritas dalam agenda pembangunan daerah.

Seratus hari pertama seharusnya menjadi pijakan awal bagi sebuah kepemimpinan untuk menunjukkan arah, keberpihakan, dan keberanian dalam menuntaskan persoalan mendesak rakyatnya, persoalan generasi muda yang kian kritis, pemuda yang kehilangan arah, degradasi moral, dan minimnya literasi digital di kalangan pemuda.

Di tengah maraknya masalah sosial seperti judi online, narkoba, pengangguran, dan disorientasi generasi muda, ketidakhadiran program yang menyentuh langsung dunia pemuda adalah kegagalan membaca urgensi zaman.

Ini adalah bentuk kegagalan strategis yang sangat serius, masa depan daerah tidak di tentukan oleh hasil riset kunjungan kerja, pembangunan aspal dan normalisasi sungai saja. Tetapi secara spesifik ditentukan oleh kualitas SDM terutama generasi mudanya.

Mengabaikan pemuda hari ini sama hal nya dengan menanam bom waktu sosial dan ekonomi, mewariskan kehampaan nilai dan identitas lokal, membiarkan generasi penerus Kerinci dan Sungai Penuh kehilangan arah dalam era digital yang penuh dengan jebakan.

Ketika suara, peran, dan kebutuhan mereka diabaikan dalam perencanaan awal pemerintahan, maka yang lahir adalah jurang keterputusan antara negara dan generasi penerusnya.

Kerinci dan Sungai Penuh memiliki potensi besar di kalangan para generasi mudanya. Pelajar, mahasiswa, pemuda desa, hingga komunitas kreatif. Mereka bukan hanya objek, tapi harus menjadi subjek pembangunan, Mereka adalah agen perubahan yang seharusnya dirangkul, bukan dilupakan.

“Jika Pemuda tidak diberdayakan hari ini, maka kita akan menyaksikan daerah bergerak tanpa masa depan”.Tutupnya (Guh)